Kamis, 23 Juni 2016

mengenal linux



Linux 

Untuk sekadar memahami nama Linux saja, kita harus mengetahui 5 hal. Pertama, Linux adalah nama untuk sebuah kernel. Sebenarnya, Linux bukanlah nama sistem operasi. Namun, masyarakat umumnya menyebut ringkas nama 'Linux' saja daripada menyebut GNU/Linux yang panjang. Nama Linux digunakan untuk menyebut sistem operasi seperti Ubuntu, Fedora, RedHat, openSUSE, dan sebagainya karena semua sistem operasi tersebut menggunakan kernel Linux sebagai dasarnya. 

Kedua, Linux dibuat di lingkungan para programer, bukan pengguna biasa seperti kita. Jadi, agar kita mudah memahaminya, maka berpikirlah seperti programer. Berpikirlah bahwa solusi itu banyak dan kita bersedia mencari solusi dari setiap permasalahan. Sementara, lepaskan dulu pikiran tentang Windows karena Linux sangat berbeda dengan Windows. Ini mudah dan menyenangkan.

Ketiga, untuk dimengerti, kernel adalah inti dari sistem operasi. Kernel inilah bagian paling penting dari sistem operasi. Kernel ini yang mempersatukan semua hardware kita sehingga dapat dipakai menjalankan aplikasi. Tanpa kernel, semua aplikasi tidak bisa berjalan. Windows, Ubuntu, Mac OS X, Unix, Android, semuanya memiliki kernel. Salah satu nama kernel yang paling populer di dunia adalah Linux. Dan inilah yang sedang kita pelajari.

Keempat, di dunia programer, di seluruh dunia ini, pembuatan sistem operasi baru bisa terjadi kapan saja. Jadi, bukan hanya Windows sistem operasi di dunia ini, melainkan ada banyak lainnya. Contohnya Mac OS X, Debian, Ubuntu, FreeBSD, dan sebagainya. Dalam pembuatan sistem operasi itu, programer bisa memilih untuk membuat kernel dari awal atau menggunakan kernel yang sudah ada. Di dunia Linux, yang terjadi adalah pilihan kedua. Kernel yang sudah ada itulah Linux yang diciptakan tahun 1991. Dengan memakai kernel ini lalu menggabungkannya dengan bermacam aplikasi lalu menjadikannya CD yang siap diinstal, jadilah sebuah sistem operasi. Sistem operasi yang dibuat dari kernel Linux ini sangat banyak, contohnya Debian, Slackware, Ubuntu, Android, Meego, dan lain-lain.

Linux bisa diunduh siapa saja dan dimodifikasi ulang menjadi sistem operasi baru tanpa membayar. Inilah yang membedakannya dengan kernel milik Windows, Mac OS X, Unix, dan sistem operasi komersial lainnya. Linux sejak awal diciptakannya sudah dilepaskan sebagai software yang bisa dikopi oleh siapa saja. Malah, semua orang didorong untuk ikut serta menyumbangkan tenaga memperbaiki kernel Linux dari segala sisi. Sedangkan kernel milik sistem operasi berbayar tidak demikian, karena kernel itu sudah dipaket jadi satu dalam sistem operasinya dan dijual. Sehingga kernel itu tidak bisa dikopi oleh orang di luar perusahaan yang bersangkutan.

Linux bisa dimodifikasi ulang karena selain software-nya bisa diunduh gratis, ada tambahannya yaitu kode sumber. Kode sumber (source code) ini adalah file teks berisi kode-kode pemrograman yang merupakan bentuk asli Linux. Dengan memiliki kode sumber, semua orang bisa mengubah suatu software. Demikian pula kernel, karena kernel juga software. Maka, semua programer bisa mengunduh kode sumber Linux lalu membuat sistem operasi baru dengan memodifikasi kode-kode itu. Inilah beda sesungguhnya Linux dengan kernel-nya sistem operasi lain yaitu ketersediaan kode sumber.

Kelima, Linux digunakan secara luas, jauh lebih luas daripada Windows kita, karena kelebihan-kelebihannya. Linux bisa berjalan mulai dari mesin Raspberry Pi yang sekecil kartu KTP sampai superkomputer yang besarnya setinggi tembok rumah kita dengan memakan listrik setara satu kelurahan. Selainnya, Linux bisa berjalan di hape, smartphone, tablet PC, PC, laptop, server, mainframe, dan robot. Itulah jangkauan pemakaian Linux di seluruh dunia.

Keenam, Linux sebagai sistem operasi. Masyarakat umum menyebut sistem operasi Ubuntu dan semisalnya sebagai 'Linux' saja. Hal ini tentu benar dan wajar, karena secara bahasa, nama 'Linux' telah bergeser makna dari hanya kernel menjadi sistem operasi utuh. Ketika kita bicara dalam konteks kernel, maka nama Linux bermakna kernel. Ketika bicara mengenai distro seperti Ubuntu, maka nama Linux bermakna sistem operasi.

Linux sebagai sistem operasi tentunya memiliki kelebihan tertentu. Jika kita sudah menggunakan Android, maka apa yang kita rasa kelebihan dari Android itu juga kelebihan Linux karena Android dibuat dari Linux. Sama juga dengan Ubuntu dan distro lain beserta Linux yang digunakan di perangkat raksasa semacam wireframe dan superkomputer. Kelebihan Linux yang sudah masyhur adalah gratis, bebas dimodifikasi, stabil, aman, dan memiliki komunitas yang besar.

Gnu linux
Memahami GNU sama dengan memahami Linux. GNU dan Linux tidak bisa dipisahkan. Mustahil Linux bisa sepopuler sekarang tanpa GNU. Memahami GNU bersama memahami Linux akan meningkatkan wawasan kita tentang sistem operasi. Bagaimana caranya? Sama seperti memahami Linux, berpikirlah seperti programer bahwa solusi itu banyak dan kita bersedia mencari solusi untuk setiap permasalahan.

GNU berarti GNU is Not Unix. Penamaan berulang tanpa akhir seperti ini biasa digunakan di kalangan programer. Cara penamaan ini diambil dari fungsi rekursif dalam pemrograman yang mampu memanggil dirinya sendiri berulang kali. Dari namanya saja sudah menyentuh pemrograman. Maka untuk memahami GNU kita perlu sedikit "cita rasa" programer.

GNU adalah proyek pembuatan sistem operasi dengan harapan menjadi sistem operasi yang bebas dan gratis tetapi tetap bisa menjalankan program dari sistem operasi Unix. Unix adalah sistem operasi yang paling populer ketika itu, dan saat itu Windows kita belum ada. Masa pengerjaan proyek GNU ini hampir sama dengan pengerjaan kernel Linux. Singkat cerita, GNU telah sempurna dikerjakan dan telah menjadi sistem operasi baru kecuali bagian kernelnya. Bagian kernel GNU yang direncanakan bernama Hurd ternyata belum selesai pada saat itu. Kita semua tahu, tanpa kernel, sistem operasi tidak bisa bekerja. Pada saat yang bersamaan, tepatnya tahun 1991, kernel Linux telah selesai dibuat dan dirilis ke seluruh dunia. Untungnya, perizinan GNU dengan Linux sama-sama bebas dimodifikasi ulang. Akhirnya digabungkanlah GNU dengan kernel Linux dan jadilah satu sistem operasi yang utuh. Namanya adalah GNU/Linux. Maka itu GNU dan Linux tidak terpisahkan. 

Nama Linux Ubuntu semestinya GNU/Linux Ubuntu. Begitu juga Slackware, openSUSE, dan lain-lain. Hanya saja, memang lebih mudah menyebutnya Linux Ubuntu. Karena ketika bicara mengenai kernel, maka istilah Linux bermakna kernel. Ketika bicara sistem operasi, maka Linux bermakna GNU/Linux sebagai sistem operasi yang lengkap. Ini hanya masalah penamaan sehingga bukan masalah.

Kita bisa menemukan bagian-bagian dari GNU ketika menggunakan Linux kita. Terminal di Ubuntu yang nama aslinya bash (Bourne Again Shell) itu adalah bagian dari GNU. Begitu pula perintah-perintah di dalamnya seperti ls, cp, mkdir, rm, pwd, dan lain-lain. Kita bisa melihat buktinya dengan mengetik perintah man cp lalu lihat bagian paling akhir dari manual yang tampil dan akan terlihat bahwa perintah cp tersebut berasal dari GNU. Begitu pula perintah lain.

Free software
Free software adalah istilah untuk setiap aplikasi yang memiliki lisensi GNU General Public License. Artinya, Free Software selalu memiliki sifat bebas digunakan, bebas dipelajari, dan bebas dimodifikasi. Semua Free Software bebas untuk disebarluaskan bahkan tanpa meminta izin kepada pembuatnya. Kebebasan ini diraih dengan membuka kode sumber (source code) supaya bisa dilihat orang lain. Meskipun demikian, free software tidak sama dengan open source dan sangat berbeda dengan freeware.

Free software sudah pasti open source (kode sumber dibuka) tetapi open source belum tentu free software. Free software lahir jauh sebelum adanya Open Source dengan sifat-sifat yang sama dengan Open Source. Hanya saja, Open Source lahir ke dunia melalui Open Source Initiative dengan pemikiran yang lebih ke arah komersial. Contoh penerapan komersial untuk Open Source adalah sistem operasi Red Hat Enterprise Linux dari PT Red Hat.

Sebagaimana Open Source lahir dari Open Source Initiative, Free Software lahir dari Free Software Foundation. Sama seperti Open Source, Free Software lahir di kalangan programer yang berkemampuan tinggi. Jadi, semua kebijakan Free Software sangatlah ketat mengikuti harapan programer untuk bisa saling memperbaiki kode satu sama lainnya. Berawal dari pemikiran software itu asalnya dari kode sumber dan algoritma, dan algoritma itu sama seperti rumus matematika yang notabene tidak dijual, maka Free Software senantiasa menghasilkan software-software yang gratis. Dasar pemikirannya adalah software tidak untuk dijual, tetapi digunakan agar bermanfaat bagi umat manusia.

Berbeda dengan pemikiran saat kita memakai Windows, di dunia Free Software, semangat yang ada adalah untuk berbagi dengan orang lain. Bukan berbagi dalam arti menyalin software secara ilegal, bukan itu. Namun berbagi secara legal bahkan sampai membentuk suatu sistem yang namanya Free Software Foundation untuk melestarikan kebiasaan saling berbagi software demi memudahkan kehidupan orang lain. Dari semangat legal dan saling berbagi inilah Free Software lahir. Dan sangat sulit memahami Free Software tanpa memiliki semangat seperti ini. 

Contoh sistem operasi yang termasuk Free Software adalah Debian. Contoh aplikasi yang termasuk Free Software adalah GCC (GNU C Compiler), GIMP, Blender, LibreOffice, VLC Media Player, Totem Media Player, dan lain-lain.

Akan sangat banyak aplikasi yang menyandang gelar Free Software sekaligus Open Source secara bersamaan sehingga disebut free and open source software (FOSS). Oleh karenanya, aplikasi Mozilla Firefox, LibreOffice, dan lain-lain termasuk ke dalam keluarga FOSS.

Open source
Open source adalah segala software yang dibuat dengan perizinan bebas untuk disalin kembali sekaligus boleh dimodifikasi sendiri. Open source adalah perizinan atau lisensi. Namun istilah open source sudah bergeser pemakaiannya dari menyebut perizinan menjadi sebutan untuk software yang memiliki perizinan seperti itu. Contoh software yang open source adalah Mozilla Firefox, Apache, MySQL, LibreOffice, Inkscape, Mediawiki, Wordpress, dan lain-lain banyak sekali. Memahami open source sama seperti memahami Linux atau GNU. Kita harus berpikir layaknya programer yakni solusi itu banyak dan kita bersedia mencari solusi untuk setiap permasalahan.

Pertama, open source sebagai nama perizinan. Terdiri dari kata open dan kata source dalam Bahasa Inggris. Artinya, buka sumber. Programer yang berbahasa Inggris kerap menyebut kode sumber (source code) sebagai 'source' saja. Ini sama dengan kita yang sering menyebut sepeda motor sebagai 'motor' saja. Setiap aplikasi yang perizinannya open source, biasanya membolehkan pengguna untuk mengubah program dari kodenya (bukan sekadar registri atau pengaturan belaka). Sebagian besarnya pula, karena open source, gratis untuk diunduh dan tidak ada registrasi serial number apa pun. Inilah dua ciri khas open source yang patut diketahui. 

Kedua, open source sebagai aplikasi, yang menjadikannya istilah yang paling banyak digunakan. Kita menyebut Mozilla Firefox itu open source menjadi benar karena memang ia memiliki perizinan open source. Karena open source ini, aplikasi tersebut pasti dikembangkan oleh banyak orang dari seluruh dunia. Siapa saja bisa bergabung untuk ikut mengembangkannya. Bayangkan saja kalau membuat suatu produk kerajinan tangan dengan dibantu pengrajin dari berbagai negara, dan selesai. Seperti itulah yang terjadi di kalangan open source setiap harinya.

Ketiga, open source untuk menghemat devisa negara. Karena gratisnya dan kelebihannya itu, open source dapat membantu berkurangnya devisa negara kita yang dipakai untuk membeli aplikasi berbayar yang harganya biasanya lebih dari 1 juta rupiah per unit. Sedangkan jumlah komputer di pemerintahan negara kita mencapai ratusan bahkan ribuan, sehingga lebih bijak kiranya beralih ke open source. Kita mulai dari diri kita sendiri, agar dana yang sebelumnya untuk aplikasi mahal, menjadi yang lebih bermanfaat semisal untuk dana sekolah anak-anak yatim atau anak-anak putus sekolah. Ini jelas suatu kebijakan yang patut didukung. Karena kalau tidak, akan banyak dana kita yang lari ke negara kapitalis. Semoga pemerintah negara kita dapat segera merealisasikannya dan semoga kita sendiri berkenan melakukannya.

Penertian kernel
Kernel adalah inti dari sistem operasi. Ia adalah sebuah program istimewa yang menerjemahkan perintah-perintah dari aplikasi Anda ke hardware dan sebaliknya, menerjemahkan kode-kode hardware ke perintah yang dimengerti oleh aplikasi Anda. Sehingga, Anda bisa mengetik di LibreOffice, berselancar di Firefox, dan menggambar di Inkscape dengan melihat monitor. Karena kernel-lah yang bolak-balik menerjemahkan perintah yang dikirim berulang-ulang sehingga Anda memahaminya. Tentulah, kita tidak pernah melihat wujud kernel sebagaimana melihat Microsoft Office atau Firefox. Ia tidak terlihat, tetapi ia paling penting.

Istilah yang paling populer adalah 'jantung sistem operasi' untuk menyebut kernel. Maka, semua sistem operasi memiliki kernel. Entah itu Windows, Mac, Ubuntu, BSD, maupun lainnya. Tanpa kernel, tidak ada aplikasi bisa berjalan. Tugas utama kernel adalah mengelola semua sumber daya komputer (hardware) lalu mempersatukan kinerja semuanya. Yang selama ini kita nikmati saat berkomputer ria adalah "hasil jerih payah" kernel.

Dalam pembahasan open source, kernel yang paling populer adalah Linux. Ya, sebenarnya Linux bukan nama sistem operasi. Ia adalah nama kernel. Namun seiring berkembangnya bahasa, akhirnya nama Linux dipakai untuk sistem operasi juga. Contoh sistem operasi yang menggunakan Linux sebagai kernel adalah Ubuntu, Fedora, Debian, openSUSE, Android, Tizen, Raspbian, dan sebagainya. Contoh sistem operasi yang tidak menggunakan Linux adalah Windows, MacOS X, dan FreeBSD.

Apa kerja kernel? Banyak sekali. Di antaranya melakukan penjadwalan untuk setiap aplikasi yang berjalan kapan bisa mengakses CPU untuk bisa "bergerak". Tanpa penjadwalan, hanya ada 1 aplikasi yang bisa dijalankan dalam 1 waktu. Tentunya kita selama ini selalu menikmati taskbar dengan banyak aplikasi berjalan bersamaan. Itu "hasil jerih payah" kernel. Kerja lainnya adalah menghubungkan modem dengan aplikasi berdasarkan driver-nya. Yang lainnya, menghubungkan VGA Anda dengan aplikasi dan monitor juga berdasarkan driver-nya. Ringkasnya, hardware Anda tidak akan bisa berjalan meski memiliki driver kalau tidak ada kernel. Akhirnya Anda bisa menikmati touchpad, mouse, monitor, keyboard, dan lain-lain (dengan driver yang tepat) karena "jerih payah kernel".

Kernel di seluruh dunia ini ada beberapa model. Linux termasuk model kernel monolithic. Kernel monolithic bersifat modular. Maka, Linux yang asalnya hanya sebatas kerja sebagai kernel, menjadi bisa ditambah fungsinya dengan menginstal modul. Ini seperti Firefox yang bisa diperluas fungsinya (tidak hanya browsing saja) dengan Addon atau Plugin. Misalnya, sebelumnya kernel Linux versi 2.4 tidak mengenali modem. Dengan menginstal modul khusus, kernel versi 2.4 ini menjadi bisa mengenali modem. Sebaliknya, kalau dirasa tidak perlu, sejumlah modul bisa saja dihapus dari kernel agar tidak memberatkan sistem. Keuntungannya, ukuran kernel bisa diperkecil dan sangat fleksibel terhadap teknologi-teknologi baru. Itulah makanya mengapa mulai dari perangkat smartphone yang kecil (Android) sampai superkomputer yang besar menggunakan Linux.

Kernel Linux istimewa daripada kernel lainnya karena sifat open source-nya. Kernel ini bisa diambil source code-nya, dilihat kode-kodenya, dimodifikasi sendiri, dan dipasangkan pada hardware tertentu. Meskipun pada awalnya tidak bisa, karena sifat open source inilah Linux menjadi bisa dipasang di macam-macam hardware. Tergantung siapa yang mengubah menjadi apa. Maka, muncul contoh seperti Raspberry Pi yang memiliki sistem operasi Raspbian (kernel Linux), hape dan tablet masa kini dengan sistem operasi Android (kernel Linux pula), dan komputer-komputer kita yang ber-OS Linux. Diharapkan dengan penjelasan ini kernel bisa dimengerti.

Pengertian repository
Repositori adalah server berisikan semua aplikasi yang tugasnya melayani semua pengguna Linux dalam hal instalasi aplikasi. Singkatnya, instalasi aplikasi di Linux itu terpusat. Cukup tentukan repositori mana yang mau digunakan, pilih nama aplikasi yang diinginkan, dan aplikasi akan diinstal secara otomatis. Pengguna tidak perlu mengunjungi web ke sana kemari untuk sejumlah aplikasi, cukup di satu tempat saja. Inilah konsep instalasi program default di Linux yang membedakannya dengan Windows.

Prinsip instalasi model ini semisal dengan Android Market dan Apple App Store yang mengizinkan pengguna untuk men-download atau membeli aplikasi dan diinstal langsung dari server ke perangkat pengguna. Praktis dan sangat mudah. Bedanya, seluruh aplikasi di repositori adalah gratis. Kecuali beberapa jenis repositori khusus yang memang didedikasikan untuk aplikasi berbayar.

Keunikan sistem repositori Linux ini adalah ia didukung oleh sangat banyak lembaga resmi negara maupun swasta. Maksudnya, banyak lembaga menyediakan server berisi aplikasi Linux komplet untuk melayani pengguna Linux di seluruh Indonesia. Jadi, pengguna tidak perlu mengunduh jauh-jauh dari luar negeri. Cukup dari server lokal saja (lebih cepat). Contohnya yang resmi dari negara adalah FOSS-ID, Kambing Universitas Indonesia, Mirror UGM, Mirror ITS, Bulus Universitas Negeri Malang, Kebo EEPIS-ITS, dan banyak lagi lainnya. Contoh yang dari swasta adalah Buaya KLAS, Repositori Soerya, dan banyak lagi di seluruh Indonesia. Satu server saja bisa berisi 1 TB aplikasi karena menampung lebih dari 1 repositori dalam 1 server. Mengapa? Karena setiap distro Linux memiliki repositorinya masing-masing. Bahkan, distro yang sama dengan versi berbeda, memiliki repositori yang berbeda pula. Padahal 1 respositori saja bisa 20 GB, 30 GB, sampai 40 GB ukurannya. Namun ada banyak sekali server-server repositori di Indonesia ini. Dan bagusnya, semuanya gratis untuk diunduh. Jadi, sebenarnya ini merupakan sistem yang memanjakan penggunanya. Kelemahan sistem ini adalah koneksi internet yang belum memadai di Indonesia ini. Namun ini tetap suatu kemajuan yang bagus karena infrastruktur yang diperlukan sudah ada dan solid. Tinggal 2 hal yaitu internetnya dan kita yang mau atau tidak memanfaatkannya.

Pengertian repository dvd
Repositori aslinya sebutan untuk server saja. Namun, karena keadaan Indonesia yang
koneksi internetnya seperti ini, sejumlah pengguna Linux senior berinisiatif untuk menyiapkan sistem repositori baru. Yaitu DVD Repositori. Seperti namanya, server repositori itu dikopikan isinya ke dalam DVD sehingga bisa disebarluaskan kepada pengguna yang tidak memiliki internet. Hal ini menjadi jembatan bagi kita yang kesulitan mengakses internet agar bisa menginstal aplikasi-aplikasi yang kita inginkan.

Biasanya DVD Repositori ini bisa diperoleh dengan mengganti biaya burning. Dan tentunya DVD Repositori disesuaikan dengan distro dan versinya. Nantinya, DVD Repositori ini bisa diubah kembali menjadi server repositori lokal dalam satu LAN di sekolah atau di rumah dengan beberapa konfigurasi. Bahkan bisa dibuat di dalam komputer kita sendiri. tentunya kalau ukuran harddisk kita cukup. Biasanya satu paket DVD Repositori berisikan lebih dari 1 keping DVD.

Untuk memperoleh DVD Repositori ini, kita bisa mencarinya di Google. Ada banyak toko di internet (milik orang Indonesia) yang menjualnya. Sekali lagi, repositori dalam DVD ini membuktikan bahwa solusi itu banyak.

Distro adalah sebutan untuk sistem operasi apa pun yang dimodifikasi dari Linux atau yang dimodifikasi dari distro sebelumnya. Nama Distro berasal dari distribution yang maknanya distribusi Linux. Distro Linux ada banyak dan setiap distro dikembangkan oleh programer yang berbeda. Distro Linux di seluruh dunia ada ratusan jumlahnya. Namun di sini Anda cukup mengenal beberapa saja. Klik tombol di samping atau TAB di atas untuk membaca penjelasan ringkasnya.

Debian adalah distro Linux yang merupakan pendahulu dalam sistem pemaketan DEB. Maksudnya, distro-distro saat ini yang menggunakan instalasi aplikasi menggunakan DEB adalah keturunan Debian baik langsung maupun tidak. Jadi, Debian adalah induk dari Ubuntu, Knoppix, Mint, dan lain-lain. Karena ada Debian-lah distro Linux bisa diklasifikasikan berdasarkan sistem pemaketan aplikasinya.

Debian sangat populer sebagai distro yang stabil, rilisnya jarang-jarang, karena prinsip "rilislah kalau sudah siap betul". Sebagai perbandingan, Ubuntu rilis setiap 6 bulan sekali. Sedangkan Debian tidak tentu, bisa 4 tahun sekali, 2 tahun sekali, dan seterusnya. Jarangnya rilis ini karena pengembangan Debian banyak fokus pada kestabilan sistem agar jangan sampai ada bug bercokol di dalamnya.

Debian banyak digunakan di server dan desktop. Bahkan sudah ada versi Debian for Netbook.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar